Berkunjung ke tempat wisata bukan sekedar menikmati akhir pekan, liburan, dan keindahan alam melainkan ada faktor lain yang mendampinginya yakni rasa aman dan nyaman kepada wisatawan juga pengelola saat berada di lokasi wisata. Sehingga kekayaan budaya, alam, dan nilai sejarah yang terus dirawat dapat menjadi destinasi wisata berkelanjutan hingga generasi di masa yang akan datang. Sebagai stimulasi dan dukungan langsung kepada para pengelola Desa Wisata (DeWi) Universitas Indonesia-Kemenparekraf RI memberikan pelatihan P3K dan BHD kepada pengelola wisata di Dieng Kulon, Sembungan, Lerep, dan Kandri mulai dari hari Rabu, 26 s.d Jumat, 28 Oktober 2022. Kegiatan yang merupakan bagian dari Program Kedaireka Matching-Fund Universitas Indonesia-Kemenparekraf RI ini bertujuan untuk mewujudkan Desa Wisata (DeWi) berkelas dunia (World Class DeWi) melalui implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment) dan Mitigasi Bencana. Selain pelatihan P3K dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang disampaikan oleh dr. Laudria Stella Eryvinka, pengelola desa wisata pun mendapatkan bantuan peralatan yang menunjang pelaksanaan P3K.
Program usulan dari Prof. dra. Fatma Lestari, M.Si., PhD ini sejalan dengan pemulihan penurunan kunjungan wisatawan sebagai dampak dari Pandemi COVID-19 melalui implementasi Cleanliness, Health, Safety and Environment (CHSE). Adapun Indonesia merupakan wilayah rawan bencana dan mengimplementasikan mitigasi bencana merupakan hal yang penting. Hal tersebut sejalan juga dengan RENSTRA Kemenparekraf tahun 2020-2024. Yang tidak dapat dipisahkan dari Kedaireka Matching-Fund ini adalah adanya program Anugerah Desa Wisata (ADWI) Kemenparekraf sebagai pemicu kebangkitan desa, penggerak roda ekonomi dan mendorong program nasional. ADWI 2021 sendiri memasukkan aspek CHSE ke dalam 7 kategori yang meliputi implementasi protokol kesehatan, mitigasi risiko HSE, dan mitigasi bencana. Beberapa tujuan di atas akhirnya akan diwujudkan melalui pelatihan daring HSE dan kebencanaan, verifikasi lapangan; pelatihan HSE & kebencanaan, SIstem Informasi Desa Wisata (SIDEWITA) menghasilkan data analisis dampak bencana 5 destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).
Koordinator Verifikasi Lapangan, Pembekalan, dan Donasi Program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI, Ir Rossi Yuliani menilai dari keempat desa wisata yang dikunjungi mereka sudah memiliki kesiapan dan antusias dalam pengimplementasian hasil dari program ini termasuk materi aspek P3K, BHD, dan CHSE yang disampaikan. Untuk memberi dukungan dalam menangani kejadian di lapangan, tim verifikasi pun mendonasikan peralatan P3K untuk empat desa wisata tersebut. Salah satu desa yakni Sembungan menjadi concerns spesifik karena memiliki risiko kesehatan terhadap pekerja pada unit pengolahan plastik menjadi paving block.
“Terlihat dari antusiasme dari peserta yang memberikan pertanyan2 kepada Narasumber P3K dan BHD – dr. Laudria Setlla Eryvinka, pada saat presentasi pembinaan aspek P3K dan BHD. Pengurus Pokdarwis sudah mempunyai tim Kesehatan yang cukup terlatih dan personil berpengalaman dalam penanganan kasus – kasus Kesehatan. Donasi peralatan yang telah disampaikan – juga telah diberikan praktek sehingga diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan dengan baik. Dari kesiapan peralatan P3K, Dieng Kulon mempunyai kebutuhan peralatan yang spesifik (mengingat obyek wisatanya yang spesifik terhadap paparan CO2 dan H2S) membutuhkan Breathing Apparatus Tabung oksigen, Sarana komunikasi dan Vertical rescue – yang dapat menjadi masukan pihak terkait.” tutur Ir. Rossi Yuliani.
Sebelum tim dari DRRC UI, Mahasiswa dan Alumni Departemen K3 FKM UI serta perwakilan Kemenparekraf RI melakukan kegiatan langsung Verifikasi Lapangan, Pelatihan, dan Penyaluran Donasi Perlengkapan P3K, Riyadi Kurniawan selaku Subkoordinator Daya Tarik Wisata Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Jawa Tengah menyambut rombongan di kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR). Ia menyampaikan rasa terima kasih atas pelaksanaan program Kedaireka Matching-Fund UI-Kemenparekraf RI. Dengan penuh harap Riyadi pun berdoa agar program ini dapat terus berlanjut seiring dengan kebutuhan akan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung ke Jawa Tengah. “Kami dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyambut baik adanya program Kedaireka, salah satu sisi positifnya adalah sekarang desa wisata kami lebih peduli terhadap CHSE dan mitigasi bencana. Apalagi kegiatan yang sedang dilakukan ini ‘Kedaireka’ merupakan hal wajib dalam memberikan kebutuhan rasa aman dan selamat serta nyaman kepada wisatawan, sehingga hak-hak mereka terpenuhi. Jangan berhenti di sini, tetap dilanjutkan kami dari pemprov siap bekerja sama,” ungkap Riyadi.
Riyadi pun menambahkan bahwa untuk wisatawan Jawa Tengah jangan khawatir, sekarang daerahnya sudah aman. Faktor CHSE pun kehadirannya sudah didukung oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, serta kabupaten di Jawa Tengah. Pemerintah sendiri melalui DISPORAPAR sudah memiliki beberapa program stimulan dalam mendukung implementasi CHSE dan mitigasi kebencanaan, termasuk dukungan untuk Kedaireka ini yang dapat membantu dalam menciptakan kondisi CHSE dan Kebencanaan yang ideal.
“Jangan khawatir Jawa Tengah sekarang aman, CHSE didukung oleh pemerintah, kehadiran Kedaireka ini sangat membantu kami. Mari datang ke Jawa Tengah.” tutup Riyadi. Ditemui dalam kegiatan pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Kantor Desa Dieng Kulon, Muhammad Imamur Rozaq, S. Sos., selaku Kasi Pengembangan Produk Pariwisata menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi terhadap kegiatan yang membantu pengelola desa wisata di daerahnya. “Kami dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara sangat mengapresiasi atensi dari Kemenparekraf yang bekerja sama dengan DRRC UI dalam rangka implementasi CHSE dan Kebencanaan. Keamanan menjadi isu penting dan faktor penentu wisatawan untuk berkunjung. Seindah apapun, kalau disana ada konflik sosial, penyakit menular, atau ada aksi brutal saya yakin wisatawan akan enggan datang. Dengan diselenggarakannya Program Kedarireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI sangat mendukung untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkelanjutan. Setidaknya kita punya mitigasi saat terjadi bencana dan kecelakaan kita sudah memiliki antisipasi dan risikonya diharapkan lebih kecil,” ungkap Imam.
Kabupaten Banjarnegara sendiri memiliki potensi wisata favorit yakni Dieng. Dari sisi lokasi pemerintahan Dieng merupakan irisan antara Banjarnegara dan Wonosobo. Muhammad Imamur Rozaq pun menyampaikan bahwa hampir 80% wilayah Dieng adalah bagian dari Banjarnegara seperti lokasi wisata budaya (Kawasan Candi Arjuna, Kawasan Candi Gatotkaca dan Candi Bima), wisata alam (seperti Kawah Sikidang, Telaga Dringo, Kawah Chandra Di Muka) menjadi daya tarik utama. Ketika membahas potensi bencana di Kabupaten Banjarnegara, Imam menuturkan bahwa menurut ahli gunung api dan geologi disebutkan Dieng merupakan satu kaldera besar yang meletus sekian ribu tahun lalu sehingga menciptakan kerucut-kerucut gunung yang ada termasuk dataran tinggi yang ditempati penduduk di Dieng. Adapun potensi bencananya seputar letusan gunung seperti Kawah Sikidang yang masih aktif meskipun dinyatakan sebagai kawah teraman dengan letusan yang dapat diprediksi sekitar sepekan sebelumnya. Selain itu dari kontur tanah, pola kultur tanam kentang menjadi potensi risiko tanah longsor. Dalam menutup perbincangan Imam menyampaikan bagi para pengunjung khususnya yang akan berwisata di Dieng dan Jawa Tengah lainnya dipersilakan dan terus ikuti rambu-rambu keamanan dan keselamatan wisata yang sudah ada. Untuk safety briefing pun diperhatikan karena itu satu dari sekian program untuk mewujudkan keamanan dan kenyamanan pengunjung berwisata di wilayah Kabupaten Banjarnegara.
Anindhita Irsalina Widiatmoko selaku perwakilan dari Kemenparekraf RI yang bergabung dengan tim verifikasi di bawah koordinasi Ir. Rossi Yuliani mengatakan bahwa dirinya sangat terkesan dengan antusiasme peserta yang merupakan pengelola dari desa wisata dalam menerima penyampaian materi P3K dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dari dr. Laudria Stella Eryvinka. Hal tersebut juga nampak saat berdialog tentang kemungkinan kecelakaan apa yang terjadi pada wisatawan serta bencana yang terjadi di desa wisata. Kondisi geografis empat desa yang beragam pun menjadi faktor pertimbangan materi yang harus disampaikan oleh tim, sehingga diharapkan dapat diimplementasikan sesuai kebutuhan mereka di lapangan.