NEWS

Membaca adalah membuka jendela dunia

"Berwisata di Ranah Minang Kini Kian Nyaman dan Aman, Kepala Dinas Pariwisata Sumatra Barat Dukung Penuh Upaya Universitas Indonesia-Kemenparekraf RI dalam Mencapai Hal Tersebut"
6-8 November 2022

Urang Minang atau orang minang secara umum dinobatkan kepada mereka yang berasal dari Provinsi Sumatra Barat. Terkenal dengan makanannya yang kaya akan rasa, kesenian yang mempesona, adat dan budaya yang selalu dijaga menjadikan daerah ini salah satu tujuan wisata pilihan. Lebih dari itu, kini ranah minang pun memiliki beberapa Desa Wisata (DeWi) yang sudah masuk sebagai penerima Anugerah Desa Wisata Indonesia. Di antaranya ada Nagari Pariangan (Kab. Tanah Datar), Nagari Sumpu (Kab. Tanah Datar), Nagari Silokek (Kab. Sijunjung), Green Talao Park Ulakan (Kab. Padang Pariaman), Desa Wisata Apar (Kota Pariaman).

Nagari (desa) Pariangan memiliki keindahan alam yang terbentang, jajaran gunung-gunung yang terlihat dari atas perbukitan membuat mata terpesona seolah tidak mau berpindah saat memandangnya. Tidak hanya traveler, pecinta touring menggunakan sepeda motor pun akan betah berkendara di daerah dataran tinggi tersebut. Meski lebar jalannya hanya pas untuk dua mobil, namun aspal yang mulus dan hamparan sawah yang luas menjadi kenikmatan tersendiri saat berkendara.

Tidak hanya tentang alam dan keindahan arsitektur bangunan yang masih terjaga, bahasan sejarah pun menjadi obrolan edukatif dan menarik saat kami berbincang dengan Wilma, salah satu anggota Pokdarwis Nagari Pariangan. Dari sekian banyaknya penjelasan yang ia sampaikan, hal yang paling menarik adalah tentang asal usul Ranah Minang dan siapa yang membuka peradaban di daerah tersebut untuk pertama kalinya.

Mengambil referensi dari tambo (tradisi lisan), perempuan yang bekerja di museum ini memaparkan bahwa Luhak Tanah Datar adalah lokasi pertama Ranah Minang terbentuk. Seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang tinggi akhirnya sebagian dari mereka ada yang merantau kebeberapa daerah diantaranya ke balik Gunung Merapi seperti ke Agam, Bukitinggi, Payakumbuh atau Lima Puluh Kota.

Dari dataran tinggi kemudian kami berpindah ke Nagari Sumpu, lokasinya dekat dengan Danau Singkarak. Ketika pertama menginjakkan kaki di daerah ini mungkin kita akan berpikir tidak ada apa-apa kecuali beberapa rumah gadang berdiri kokoh berwibawa, salah satunya ada yang berusia lebih dari 112 tahun. Tapi setelah berbincang dengan Ketua Pokdarwis Nagari Sumpu, Zuherman kami kian tahu bahwa di DeWi tersebut kita akan dikenalkan dengan aktivitas keseharian penduduk desa tersebut.

Ada satu hal yang disayangkan ketika berada di Nagari Sumpu, yakni kami yang berkunjung pada hari, Senin (7/11) tidak dapat mengikuti kegiatan Pesona Sumpu yang akan diselenggarakan pada tanggal 12, 13, dan 14 November 2022 nanti. Meski demikian kami beserta rombongan cukup puas dan bangga karena disambut dengan makan siang dengan adat Makan Bajambah. “Adat Makan Bajambah ini kami warisi secara turun menurun. Secara sederhana prosesi ini adalah upaya tamu meminta izin untuk menikmati hidangan yang telah disajikan oleh tuan rumah atau prosesi tersebut disebut juga dengan betatah betitih. Satu bajambah awalnya dipersiapkan untuk empat orang. Setiap daerah di ranah minang memiliki keunikan sendiri terkait adat ini, salah satunya adalah di Nagari Sumpu ini, kami menambahkannya dengan Sawo Sumpu.” ungkap Zuherman.

Cara Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Memberikan Kenyamanan dan Keamanan
Pada tanggal 6-8 November 2022 Universitas Indonesia (UI) yang diwakili oleh Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D. beserta tim dari DRRC, dosen; mahasiswa; dan alumni UI beserta perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI melakukan verifikasi lapangan dan memberikan materi pelatihan P3K dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) serta mendonasikan perlengkapan P3K kepada pengelola desa wisata dan Pokdarwis Nagari Pariangan, Nagari Sumpu, Nagari Silokek, Green Talao Park Ulakan, Desa Wisata Apar.

Selain memberi rasa aman juga nyaman kepada pengunjung dan pengelola, kegiatan yang masuk dalam program Kedaireka UI-Kemenparekraf RI ini pun mengajak para pelaku DeWi untuk menjadi desa wisata berkelas dunia (World Class DeWi). Prof. Fatma Lestari yang juga pengusul program tersebut menyampaikan bahwa dalam tingkat internasional salah satu aspek yang diperlukan dan Indonesia paling rendah nilainya adalah terkait CHSE (Celanliness, Health, Safety & Environment) dan mitigasi kebencanaan.

“Program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI ini dilakukan untuk mewujudkan desa wisata berkelas dunia melalui implementasi CHSE. Saya sebagai juri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dan pengajar di Departeman K3, FKM UI melihat potensi DeWi di Indonesia untuk masuk ke kancah internasional sangat besar. Terkait implementasi CHSE dan Kebencanaan yang jauh dari sempurna saya optimis hal tersebut dapat tercapai dengan Kolaboraksi. Dalam verifikasi lapangan saja kami melibatakan dosen, alumni, mahasiswa UI, Kemenparekraf RI, jurnalis, dan tinggal unsur perusahaan yang belum.” ungkap Prof. Fatma Lestari.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatra Barat
Pada hari terakhir verifikasi lapangan program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI rombongan audiensi kepada Kepala Dinas Provinsi Sumatra Barat, Luhur Budianda SY di kantornya. Dalam kegiatan tersebut Kepala DRRC UI, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D memaparkan tentang program kedaireka tersebut dan rangkaian kegiatan verifikasi di delapan desa wisata perwakilan Provinsi Sumatra Barat.

“Dengan semakin banyaknya pengunjung ke Sumbar kami tidak ingin ada hal yang tidak diinginkan, termasuk dalam hal kebencanaan. Salah satu solusinya yang akan dilakukan melalui impelentasi HSE (health, safety, and environment). Tahun depan kami di Dispar Sumbar akan identifikasi risiko dan kebencanaan wisata seperti apa HSE nya. Sehingga kedepannya kita akan tahu mana potensi bencana tinggi dan rendah sehingga tahu rencana aksi kita kedepannya seperti apa. Sudah kita canangkan dan akan kita laksanakan sebaik-baiknya.” ungkap Luhur.

Disadari oleh Luhur bahwa Sumbar termasuk daerah berkembang, namun jika mengacu pada anggaran APBD yang diterima tidak semua program dapat dilaksanakan. Sehingga dirinya membuka membuka diri untuk sinergi dengan siapa saja termasuk dengan Universitas Indonesia (UI). Sinergi yang direncanakan harapannya terus berkembang dan tidak hanya dalam hal HSE saja. Kedepannya Dispar Sumbar akan dibantu juga oleh BNPB untuk menciptakan desa siaga bencana.

Alumni Departemen K3 FKM Universitas Indonesia
Seperti penyampaian di atas bahwa program Kedaireka yang digagas oleh Prof. Fatma ini juga melibatkan alumni. Salah satunya adalah Muhammad Faqih Hartono yang mendapatkan pengalaman selama mengkoordinir kegiatan di Sumatra Barat. “Walau pun pelaksanaan kegiatan mungkin masih terdapat banyak tantangan, pengelola desa wisata mengikutinya dengan antusias, bahkan narasumber kegiatan ini juga demikian. Misalnya saja pada hari pertama di desa GTP, kegiatan diikuti dengan antusias oleh pengelola desa, ninik mamak, dan pengelola desa baik dari Desa GTP dan Desa Apar. Perwakilan desa Apar juga secara suka rela menyisihkan waktunya untuk berkunjung ke desa GTP. Dari pelaksanaan kegiatan ini, tim UI juga mendapatkan banyak insight baru terkait permasalahan-permasalahan CHSE dan kebencanaan pada desa-desa tersebut.” ungkap Faqih.

Pria lulusan FKM UI tahun 2022 ini juga menyampaikan bahwa permasalahan abrasi garis pantai di desa GTP yang telah terjadi selama bertahun-tahun, namun sampai sekarang ini masih belum menemukan solusi optimal yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Kegiatan hari kedua berlokasi di Desa Sungai Batang, peserta pelatihan tetap mengikuti pelatihan dan verifikasi lapangan walaupun kegiatan pada hari tersebut tidak dapat dihadiri oleh perwakilan Desa Saribu Gonjong karena permasalahan operasional.



Dokumentasi

Foto penyerahan kenang-kenangan dari Kadispar Sumbar ke tim verifikasi lapangan program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf
Prof. Fatma Lestari, tim DRRC, mahasiswa dan alumni UI beserta perwakilan Kemenparekraf RI saat audiensi dengan Kadispar Sumbar



Kembali